Minggu, 24 Februari 2008

Produk Kerajinan Ramah Lingkungan Tren Ekspor 2008

Produk kerajinan yang ramah lingkungan menjadi tren ekspor 2008, kata Direktur Asosiasi Pengembangan Industri Kecil Republik Indonesia (APIKRI) Amir Fanjuri, di Yogyakarta, Sabtu.

Ia mengatakan, produk kerajinan yang ramah lingkungan, misalnya yang berbahan baku kayu dari tanaman sengon dan sonokeling atau bambu, paling diminati konsumen luar negeri karena cepat tumbuh dan tidak merusak lingkungan alam.

Meski demikian, kata dia, jika produk semacam itu ingin bersaing di pasar internasional, harus memiliki sertifikat `ecolabeling` sehingga dapat dipercaya konsumen luar negeri.

"Kelemahan di Indonesia sertifikat yang dikeluarkan negara ini tidak berlaku di luar negeri," katanya.

Solusinya, produsen atau industri kerajinan perlu mengundang langsung pembeli luar negeri untuk melihat proses produksi sehingga mereka percaya bahwa proses pembuatannya tidak merusak lingkungan.

Ia menambahkan APIKRI kini memprogramkan gerakan penanaman kembali berbagai jenis tanaman untuk bahan baku, dan ini sudah diawali di Kabupaten Gunungkidul dengan menanam pohon mahoni, sonokeling dan sengon.

"Kami bekerja sama dengan perajin kayu setempat," kata dia.

Selain itu, APIKRI bersama perajin di Kabupaten Kulonprogo tahun ini akan menanam tanaman pandan di sembilan desa terutama di lahan pantai, pinggir sungai dan kawasan perbukitan.

"Selain berfungsi untuk memenuhi bahan baku perajin, tanaman pandan ini juga bertujuan mencegah erosi," katanya.

Tanaman pandan banyak digunakan perajin kecil untuk membuat berbagai produk seperti kap lampu, tikar, hiasan dinding, taplak meja ukuran kecil dan keranjang.

Tidak ada komentar: